Tuesday, February 23, 2010

Awang nasib

Jumat, 5 Februari 2010. Jumat yang sendu dengan hujan yang terus menari.
Malam. Gelap. Dan hampir saja menjadi kenangan.
Saat berbelok di ujung jalan itu, lalu dari sebuah rumah seseorang itu keluar..
Kupercepat langkahku, debar jantung seakan bom yang ingin meledak.
Mataku masih sanggup menangkap bayangan di aspal, pria itu masih dibelakangku.
Kecamuk jutaan dugaku.
Mati? Hilang harga diri? Gila? Anjing!
Masih terketuk irama gelisah dalam jantung.
Dag.
Dig.
Dug.
Dig.
Dug.
Dag.
Dan cahaya terang menyanjungku.
Ya, café di ujing jalan satunya. Dengan keramaian yang kontras dengan jalan yang baru saja aku lewati.
SHIT! BABI!
Dan untungnya aku selamat.

No comments:

Post a Comment