Saturday, August 8, 2009

The Calorie Counter

We were out running errands today and in the midst of scanning celeb gossip magazines at Walgreens, this book caught my eye. It's written by Annette B. Natow, PhD and Jo-Ann Heslin, MA, RD, entitled "The Calorie Counter".

The book lists foods by category (i.e. cereal, bread) and then by brand name, alphabetically. While the book only lists product name, portion size, and calories, it's a helpful reference to have in your collection. It'd be perfect if it listed grams of carbohydrates for my diabetic patients, but it's still a handy resource to have for weight management patients and consumers. I recommend checking it out and looking up some of your favorite brands to compare!

On a completely different note, I made THE BEST smoothie this morning.
I am constantly freezing fresh fruit to use in smoothies. This particular smoothie included frozen blackberries, strawberries, banana, mango, pineapple, fresh blueberries, Crystal Light fruit punch, and skim milk. I also added strawberry flavored cod liver oil from Nordic Naturals.

Husband and sister-in-law, Michelle, gave it a huge thumbs up. It went well with our Fiber One waffles - yumm!

Have a great weekend!

Ratios

Okay...I've been talking about this Ratio book a LOT lately so I thought I'd take some time to actually write about it. I wasn't originally intending on writing book reviews, but it seems relevant so I'm going to try it out.

I have this weird guilt when people compliment my cooking, or say I should open a bakery, or restaurant etc. I really don't believe that I'm an exceptional cook by any means, and definitely not a creative one at that. I'm a recipe follower, and I can say with very little hesitation that the main reason why I'm good at cooking and baking is because I am really good at following instructions. Seriously. I never understood why people COULD NOT cook, because what could you possibly do wrong? Just follow the instructions. Use well reviewed and received recipes and cookbooks so that you at least know the writer knows what they're talking about. But follow the instructions, and you can't be that far off from your desired end state.

The problem with this way of cooking is that it becomes difficult to develop your own style, and the dishes you make are limited to the recipes you use. I've been increasingly trying to get away from this obsessive recipe-following lately in order to become a better cook, and not to have that "I'm a fraud" feeling about my cooking.

Ratio was a really fantastic book for someone like me. Ruhlman outlines several simple but useful weight-based ratios for making all sorts of things. By knowing the ratio of main ingredients that is involved in, say a loaf of bread, you're then freed from following specific recipes, and trying to figure out how to scale them properly. You start with the basics, then add to create different variations on very fundamental dishes.

In five main parts, Ruhlman covers the simple ratios behind such basic concepts as bread dough,chicken stock, mayo and custard. And by removing the fancy techniques and ingredients that clutter up many recipes out there, he makes it sound SO EASY. I've never even thought of making my own mayonnaise before, as it seemed difficult and intimidating. But can I whisk oil, egg yolk and water together? Sure! Why not? In every section the constant thought running through my head was "But I could do that! I should make that!"

I should point out that the ratios in this book are almost entirely based on weight, not volume. I don't actually have a kitchen scale yet, so I've never really cooked by weight before. However, Ruhlman really emphasizes the usefulness of this concept. By using a scale, you don't necessarily need to measure ingredients separately before adding to the bowl - you can simply add items directly to your mixture until you have the appropriate weight. And that makes sense to me - less dishes to wash! A scale is definitely the next item on my "to buy" list. And either way, Ruhlman does include the "recipes" for all his ratios with a volume conversion so that you can make everything in the book without a scale.

So overall...I think you can tell that I enjoyed the book. It was simple, concise and really gets you thinking about how many things you can really make at home in the kitchen. If you're a compulsive recipe follower like me, I would really recommend reading this book. And once you've mastered the basics, there are so many variations that allow you to be creative with these concepts and make your own recipes!

Lucky saturday!



Ini dia pasukan penggosip hari ini!
Kehidupan gue berubah.
berubah belakangan ini.
makin sibuuuk.

Apa kesibukannya??
Setiap sabtu mengalami pengalaman baru.
Dan sabtu ini adalah Sabtu yang penuh keberuntungan, dan anti buntung!

thanks to Ditha sayang!

Jadi semenjak Minggu kedua Juli, gue mendapat job baru.
Menjadi First Reader di Gagasmedia, penerbit buku terkenal di bilangan Jagakarsa.
Kerjaannya adalah, tiap Sabtu gue dateng dan membawa n
askah yang masuk ke gagas, lalu di baca dan gue harus menilai dari tema, alur, setting, penokohan, gaya bahasa, dan feel. Gue juga akan memilah untuk terbit atau tidak.
Satu periode sekitar 30 naskah.
Dan satu minggu 6 naskah.
Setelah 30 naskah di baca dan dinilai, akan ada rapat besar se
mua first reader.
lalu saling diskusi untuk memilih yang mana yang terbit.

Dan untuk periode ini, first reader remajanya adalah gue, Ditha, Mia, Dhani, Rara.
Cuma berlima.


Pernah kebayang ga sih? satu hari satu naskah?
Kalau enggak sibuk?
kalau full tugas? mau apa lagi??
huaaah!


Ini naskah yang baru saja gue terima dan harus gue baca

Yang paling parah adalah, kantornya gagas itu jauh!
Kalau naik taksi tarif bawah dari pim itu kena 46ribu rupiah. Mantap??
Dan gue sama mia dan ditha enggak tau naik angkot apa biar sampe sana.
3 Minggu pertama tetep keukeuh bolak-balik dengan taksong.
Minggu ke empat, ditha nekad!
Dia naik bus yang enggak tau jalurnya, turun tengah jalan dan nyambung sana sini, dan akhirnya sampe.
plus plus lagi.

Plus nyampe duluan, satu jam lebih cepet dari seharusnya, plus lagi dapet hari pertama, plus marah-marah di telfon sambil kelaperan. Buseeeet!

Oh iya, kalau mau tau, Ditha itu pinteeer banget!
Bahaya banget kalau jalan sama dia, kalau harus minta petunjuk jalan sama dia.
Karena hukum yang berlaku adalah, meski dia enggak tahu jalan sekalipun dan enggak tau naik apa, dia pasti bisa menemukan jalan dan kendaraan sampe tempat tujua
n dengan selamet.
Sedangkan dia kalau nunjukin jalan keorang, atau pergi dengan mengandalakan kepandaiannya itu, yang terjadi adalah nyasar!
Dan sudah dua kali, atau lebih ya, ditha nyasarin gue sama mia.
Haha. Dan dia panik sendiri.

tapi kalau dia sendirian enggak pernah nyasar.

Maka dari itu, hari ini gue deg-degan.
gue enggak bareng mia, enggak bareng temen pt-pt taksong.
Mau enggak mau gue nyari alternatif.
Ternyata Ditha adalah jawaban utama.

Ini minggu ke lima.
Dan gue sama Ditha janjian ketemu di Lebak Bulus.
Gue turun dari busway dan menemukan seorang cewek memakai l
egging hitam plus kaos putih dan tas mencolok agak keoranyean, itu DITHA!
Gue sama dia kayak apaan tau pelukan di jalan tetap dengan kehebohan tegangan tinggi,
Tukang bus ngeliatin gitu. Bodo ah!
Langsung saja menaiki bus menuju kampung rambutan yang melewati citos dan Trakindo.
Turun di Trakindo, nyebrang dengan buru-buru, lalu nangkring di mobil kijang berwarna biru dengan judul M20.
Mikrolet yang bisa langsung menurunkan kita di depan gang. H. Montong. Yeah!

Finally, jam 12.55 WIB, gue sama ditha sampe dapan gang.
Kita berhasil!

Ini pertama kalinya gue kesana naik angkot.
Dan ini pertama kalinya Ditha enggak nyasarin gue!
Sabu yang beruntung bukan?
Dan di gagas sudah ada si Dhani, kakak berangin (Windy Arietanty penulis Shit Happens), kak resita, dan kak Alit.
Dan kakak kakak itu menjuluki kami (gue dan ditha, sebenernya mia juga, tapi mia belum dateng) sebagai anak liar tapi enggak gigit. Maksuuuudnya???


Akhirnya gue yang baru aja cabut dari acara lomba saman di sekolah gue, terpaksa mengisis form penilaian gue di sana.
Maklum ribet dan banyak tugas.
Tau-tau di tengah euforia atas keberhasilan ditha dan gue sampe jagakarsa naik angkot.
Yang juga di sambut keheranan kakak berangin, "Jadi selama ini lo naik apa? Naik apa kesini?"

Dengan polos ditha menjawab, "Taksi kak."
Kak windy kontan geleng-geleng, "Haaah? Gila!"
Tiba-tiba dengan pintarnya Ditha menumpahkan segelas air putih di meja yang penuh naskah kue dan majalah. Cilaka!
Aduuuh Ditha Ditha Ditha! Haha.

Proses tukar menukar naskah selesai, terus bergosip membahas masalah yang lagi in banget.
Nurdin m Top yang main tembak-tembakan sama polisi.
Statement yang keluar saat itu dari hampir semuanya, (ada kak marsy
a, kak joshua, kak resita, kaka alit, kakak berbaju merah, kak iwit, dhani ditha dan gue) "Itu beneran atau boongan ya? kok kaya di direct gitu. Menggaet sutradara mana aja tuh?" Gila?
Enggak lah! Emang kaya drama kok.
Akhirnnya gue mempelopori untuk foto bersama. Secara ini sabtu beruntung, harus diabadikan dong. ya gaa?


Apakah terlihat manis??


pas mau pulang, sengaja ngegerocik dapur editor.
Dan ngubrek-ngubrek lemari novel terbitan gagas,
gue sukses meminjam 4 novel.
Yang akan gue baca dahulu sebelum membaca naskah-naskah terkahir itu. hueeeh.


Novel yang gue pinjem, salah satunya yang model covernya adalah senior gue.

Habis ngubrek-ngubrek, gue sama Ditha pulang.
Mampir di terminal kita, seperti biasa, PIM.
Dan tempat langganan kita cuma 3. Wc, gramed, sama hokben. Haha,
Kali ini hanya menyambangi dua, yaitu WC da gramed,

Ditha membeli antalogy cerpen gurunya yang sadis binti kejam, gue beli buku djenar maesa ayu yang mereka bilang saya monyet.
Habis itu pulang beneran deh.

Sampe di rumah gue di sambut oleh ke enam kucing gue,

Ada chelsea, Mike, Deyn, Chiro, Rampula, dan Twin.
Haaah anak kucing itu lucu-lucu, terutama deyn dan chiro.
Deyn punya gue, chiro abang gue.
Kata nyokap gue, tiap pagi dari empat anak kucing hyperaktf itu, ada yang suka nemenin nyokap gue nyuci atau masak. Lucu ya?


Dari atas kebawah : Deyn, Deyn, Chelsea, Chiro, dan Twin yang bergulat sama Chiro

Dan gue menyadari hidup gue dilingkupi keindahan dan keberuntungan dari Tuhan Yang Maha Esa.
juga di temani barang-barang pewarna hidup gue.


Kawanku, cinemags, (harry potter) ; djenar maesa ayu-mereka bilang saya monyet, antalogy cerpen ; Alexa, Endah n Rhesa, SID, AriReda-sajak2 sapardi djoko damono, Dua.

kelas baruku, 12 ips 2, gonjreeeeng!!

Kelas 12 ips 2.
Kelas gue yang berlaku resmi semenjak 13 Juli 2009.
Semuanya berubah.
benar-benar berubah!

Kelas ini, mungkin yang akan gue harapkan, dulu.
Duluuu, dulu banget!
Sebelum 'sesuatu' terjadi.
Kalau aja gue enggak sekelas sama seseorang.

Seseorang yang dulu baik-baik aja sama gue, seseorang yang melibatkan gue dalam perang dingin. Dia, teman baik gue. Ironis.

Okay!
gue enggak akan down dan galau menghadapi ini.
gue tetap jalan terus!
Dan enggak tahu mesti ngapain juga.
Anggap aja kenal cuma karena sekelas.
tapi sedih juga kalo inget dulu kelas 10 gue sebangku sama dia.

Eeerrrhh..

Di kelas 12 ips 2, di buka dengan hari ke
dua sekolah bercinta sama pr matematika sebanyak 52 butir soal integral!
Oh no!
baru masuk, otak belum juga panas, udah di geber aja sama Bu Dwi.
Mengingat ini sudah kelas 12, mau enggak mau ya di mauin aja deh.
Secara ancamannya enggak boleh ikut pelajaran sampe UN.
makin abiiis aja! haha.

Tapi enggak semuanya buruk kok!
kelas 12 tahun ajaran 2009/2010 di buka juga de
ngan pelajaran kesenian, masih bersama Pak Budiharjo yang sebagaimana juga merupakan tetangga gue, sekomplek beda RT beda rumah. *apesih*
Dia mengajarkan soal seni... seni... gue lupa seni apa namanya.
yang jelas kita di tuntut membuat kreatifitas (ngacak-ngacak semua benda yang ada di kelas-red).

Dan karena kelas gue waktu itu terbagi dua blok bangku.
Jadi dianggap ada dua kelompok kaget yang harus mempunyai satu perwakilan yang akan di kreasikan.
Kelompok gue? meja yang mepet sama pintu.

Dengan perwakilannya si Crot alias ambon alian Rusli.
Dan dengan biadabnya, semua anak barisan atau blok gue membuat keributan.
Dengan dua gesper yang di jadiin suspender, tas gue yang berwarna pink gonjreng di sampirkan di pundak, selampe stroberi aul di iket di leher, pake topi, bawa tempat makan warna ungu, pipi ditempelin kertas
yang udah di gambar, pake kacamata, celana di naikin sampe perut. Ancur!
Dan menaaaang! hahaha.


inilah rusli yang telah di acak-acak meskipun sudah acak-acakan!

Sedangkan kelompok atau blok lawan, di wakili oleh si sri. (super seri)
Dan tentunya helm yang di pakaikan kebalik belum bisa menyaingi ke biadaban kelompok barisan gue.


Inilah si seri, yang tidak menang menyaingi. ahha *sadis*

Enggak heran kaaan?
hahaha. aneh banget sih sebenernya pelajaran ini.
Seninya tuh dimana cobaa?
Dimanaaa???

tapi itulah.
Awal yang mungkin akan menyenangkan.
Amiiin.

Sebentar lagi 17 Agustusan, gue kebagian lomba tarik tambang putri.
Dan dalam lomba tarik tambang puspita yang paling semangat.
Yup, dia ahlinya.
Cewek cantik bertenaga cowok. ahaha.

Semoga futsal cewek-cowok dan tarik tambang 12 ips 2,
design grafisnya juga, semua lombanya, bisa menang.
Amiiin!