Wednesday, September 23, 2009

Penantian bersama Tandra




Dalam seribu bintang yang muncul malam ini, ada satu bintang redup yang terlihat jelas olehku.
Dia tidak menonjolkan diri, bahkan cenderung bersembunyi.
Namanya Tandra.
Aku yang menamainya begitu.
Jangan tebak-tebak, dari mana dan mengapa kunamai dia begitu.
Aku hanya suka saja mendengar nama Tandra.
Dia satu bintang yang menggelitik aku saat berbaring ke arah langit gelap.
Tandra.



aku memanggilnya, memerhatikannya, bahkan menantinya tiap malam tiba.
Di balik selimutku yang hangat, ada satu ruang yang aku lapangkan untuknya.
Aku begitu menyayanginya.
Aku sayang Tandra.
Sayaaaaang sekali!
Karena tandra, selalu hadir.
Meski Tandra selalu ingin bersembunyi.
Ia tahu, aku tak semestinya begini.
Dia bukan bintang pujaan, karena sinarnya redup.
Tapi aku hanya ingin Tandra.
Si bintang redup di antara ribuan bintang yang hanya mencoba bersembunyi dan berharap pagi cepat datang.
Kenapa harus Tandra??
Karena cuma Tandra yang mengerti penantianku.



Penantian.
Ya, aku menanti-nanti.
Menimbang-nimbang semua kemungkinan.
Seseorang bilang padaku, bahwa Tuhan akan mengabulkan semua permintaan yang sungguh-sungguh.
Aku ingin!
Aku ingin Tuhan mengabulkan permintaanku.
Aku ingin Tuhan menyudahi penantianku.
Aku menanti...
Dan terus menanti dengan sabar.
Sangat sabar.
Ketika detik terus berdenting.
Menit terus menua.
Dan ketika hari telah berganti, berganti, berganti lagi, berganti lagi lagi, lagi, lagi, dan lagi.





Aku menanti seseorang yang timbul tenggelam dalam benak.
Tapi, tak pernah hilang biar sekejap.
Kadang kuat rasa tegang menanti, kadang buatku gusar dalam tenang.
Aku sedang menanti...
Penantian yang tak kunjung berakhir.
Seseorang yang entahlah siapa bagaimana, aku merahasiakannya.
Ini sebuah rahasia sebenarnya, tapi aku tak tahan.
Aku bosan terus menanti.
Tapi aku tetap menanti.
Menanti ini bagai memeluk angin menderu.
Dan Tandra yang paham.
Hanya Tandra.




Kenapa?
Kenapa Tandra?
Kenapa Tandra paham?
Karena, Tandra yang melindungi seseorang yang terus kunanti siang dan malam.
Tandra yang tahu persis.
Dan ia bungkam, dia hanya hadir menemaniku.
Tapi ia paham. Sungguh!
Tandra paling mengerti, aku terus menanti.
Meski aku terlalu lama larut dalam penantian.
Dan Tandra enggan berangkuh diri, juga enggan berhangat diri.
Karena Tandra yang melindungi seseorang yang selalu kunanti.



Dan aku tetap menanti...
Biar ada lagi waktu yang berkalkulasi.
Biar...
Aku tetap disini, memandangi waktu.
Dan aku akan tetap menanti.
Sepanjang masa yang aku bisa.
Menanti seseorang yang tak pernah bisa tertebak, tidak seperti Tandra.
Dan aku tahu, selama aku menanti, Tandra akan menemani.

No comments:

Post a Comment