Monday, September 14, 2009

A Letter To You (Surat cinta yang belum bertuan)

Bulan Ramadhan membawa berkah, amin. Dan terbukti, meskipun enggak tidur semaleman sampe sahur, tapi enggak sia-sia, karena capek dan pegel hati melahirkan biadab baru.
Ini entah terinspirasi dari apa, yang jelas pas gue nulis, tujuan gue cuma satu, yaitu memenuhi dahaga temen2 gue yang merasa aneh, kok enggak ada notes baru di fb gue. haha.
Eng ing eng, inilah hasilnya.
Padahal semestinya gue membuat surat pernyataan, tapi hasilnya surat cinta romantis. Aw Aw Aw. Cuiiiih!
Pagi, 13 September 2009, saat surat ini ditulis dan di post di notes fb gue, semestinya gue istirahat karena hari itu juga gue mesti shooting perdana film documenter gue untuk the body shop film competition. Tapi, not bad lah yaaa.
Ada yang mau mengantri memberi jempol di notes gue? *KEPEDEAN mbak!* 
 
 
A letter to you

Ketika waktu itu datang, entah kapan, aku berharap akan menjadi yang terindah atas galau yang tak pernah usai.
Suatu saat itu, yang akan membawa kita dalam sebuah kepercayaan meski ricuh sekalipun.
Dan saat nanti, arti sebuah tatapan melebihi kata-kata yang mungkin berjuta maknanya.
Bila saat waktu itu tiba, aku hanya ingin "kita" bukan aku dan kamu, tapi aku ingin "kita".

Sesuatu pasti telah terjadi, mungkin kemarin, sekarang atau nanti.
Aku tak ingin kita terberai jadi karam.
Biarkan saja kita tetap bergandengan menghalau angin, meski juga badai.
Sesuatu pasti berubah, sayang.
Aku yang tak pernah paham, dan tak pernah bisa menerimanya.
Aku yang selalu benci dengan perubahan yang mustahil aku hindari, apalagi dengan sebuah kehilangan.
Mungkin juga kamu. Mungkin juga kita, akan menghadapinya bersering-sering. Mungkin.

My dearest, tolong aku, rengkuh aku!
Aku bimbang setelah waktu terus bergeming mengacuhkan aku yang mendesak tahu jawaban.
Beri aku ruang disampingmu, untuk teduhkan dahaga.
aku menyepi, dan sendiri.
Menanti kehadiranmu yang abadi.
Belum usai penantian itu, masih butuh banyak waktu sayang.
Dan aku akan terus menunggu.
Bertemankan hujan, di kala matahari bergelung selimut karena lelah.

Aku tahu, untuk "kita" sangatlah jauh.
dan sebongkah es yang kau ukir masih belum bisa menyatukan kita.
Mungkin nanti, nanti saat semua sudah selesai.
Dan aku akan hanya mau kamu. Untuk menjadikannya "kita"

Dear my dearest.
Sejauh apapun itu, aku akan melewatinya.
Dan aku akan tetap bersedia, menutup segala lubang-lubang kejenuhan, jendela-jendela ketakutan, dan juga tentunya kepesimisanku.
Aku begini karena kamu. Dan kamu harus tahu itu.


from : aku yang sayang padamu

No comments:

Post a Comment